SAPI SONOK, Potret Budaya Madura



Madura bagi sebagian masyarakat luas sangat identik dengan karapan sapi, yang sudah menjadi simbol budaya setempat sejak ratusan tahun silam, akan tetapi ternyata Madura juga memiliki aset budaya “Sapi Sonok” yakni dua sapi betina yang dihiasi dan dipercantik sedemikian rupa untuk dilombakan.

Sapi sonok pertama kali dicetuskan oleh warga Batu Kerbui pesisir utara Pamekasan. Dalam sejarahnya setiap kali selesai bekerja membajak ladang, para petani biasanya memandikan sapinya itu. Setelah dimandikan maka sepasang sapi itu didiamkan ke satu tiang “tancek”. Kebiasaan itu juga dilakukan oleh petani lain dalam satu petak tanah tegal, sehingga tampak ramai.

Nah dalam perkembangannya, kemudian muncul pemikiran dari para petani untuk memilih dan melombakan mana sapi yang paling bersih dan rapi berdiri. Pasangan sapi itu juga kemudian didandani dengan asesoris lain yang indah. Kemudian dari inilah tradisi sapi sonok itu muncul, yang pada akhimya menjadi sebuah budaya masyarakat Pamekasan dan Madura pada umumnya. Sapi sonok dalam perkembangannya bukan hanya menjadi perekat hubungan sosial, namun juga memiliki makna budaya dan tehnologi. Bagi Pamekasan sapi sonok telah menjadi kebanggan tersendiri.

Dari aspek sosial budaya sapi sonok mendekatkan hubugan social masyarakat Madura, dan dari budaya juga menjadikan sapi sonok ini sebagai sebuah hasil kreasi masyarakat yang menjadi kebanggaan. Sedangkan dari aspek tehnologi, lahirlah tehnologi untuk membibitkan sapi yang berkualitas dan menjaga kelestarian spesies sapi Madura.


Kontes Sapi Sonok
Seperti layaknya model yang hemdak melenggang di catwalk, sapi-sapi itu didandani dengan selempang keemasan di leher serta dada. Di leher sapi juga dipasang pangonong, yaitu kayu perangkai sapi yang diukir indah dengan perpaduan warna merah dan kuning emas.

Sapi-sapi unggul dari berbagai penjuru Pulau Madura itu bersiap mengikuti Kontes Sapi Sonok, ajang silaturahim para pemilik sapi di Madura yang dikembangkan menjadi kontes sapi sejak tahun 1960-an.

Pasangan sapi betina yang menjadi peserta kontes sapi “sonok” didandani selempang yang didominasi warna kuning keemasan pada leher hingga dada. Selain itu, di leher sapi tersebut diberi “pangonong” yang terbuat dari kayu berukir sebagai perangkai pasangan sapi.

Sebelum acara dimulai, beberapa pemilik sapi menari sambil menggiring sapi-sapi mereka keliling lapangan. Grup musik Saronen yang terdiri atas tiga pemain kenong, satu pemain kendang, satu pemain gong, dua pemain terompet, dan dua pemain kecer mengiringi pasangan sapi yang melenggang dengan kepala tegak bak seorang model.

Sebelum kontes dimulai pemilik Sapi Sonok mengirap sapinya untuk keliling lapangan dengan diiringi musik tradisional, sronil, lengkap dengan sinden. Setelah berkeliling lapangan barulah sapi tersebut masuk ke arena kontes. Di dalam arena atau lapangan tersebut ada dua pasang sapi siap berlenggak-lenggok bak seorang peragawati, serta didepan setiap pasangan Sapi Sonok itu ada seorang sinden yang manari mengiringi sapi tersebut menuju garis finish.

Pemilik sapi sonok, juga terlihat jor-joran mempersolek sapinya. Tak hanya mahkota yang dipasang di kayu panongkok yang berhiasan untaian manik-manik keemasan, selempang yang menutup leher sapi tampak berhiaskan aneka manik warna-warni.

Penilaian pada kontes Sapi Sonok disamping keindahan berjalan juga pakaian yang dipakai pasangan sapi juga yang menentukan keserasian pasangan sapi ketika sampai di garis finish, kaki depan kedua pasangan Sapi Sonok tersebut harus bersamaan naik ke atas altar yang terbuat dari kayu dan hal itu yang menentukan menang atau tidaknya dalam kontes tersebut. Setelah mencapai garis finish para pemilik sapi langsung menari dengan para sinden untuk meluapkan kegembiraan dan tidak lupa memberi sawer kepada para sinden yang menari mendampingi pasangan sapi kebanggaannya.

Perawatan ekstra
Tak seperti sapi pada umunmya, sapi sonok membutuhkan perawatan ekstra agar benar-benar menjadi sapi unggul. Sebulan sekali pemilik sapi memberikan jamu berupa adonan tepung jagung dicampur gula jawa, bawang, daun bawang, asam jawa, kelapa, dan telur. Dua kali sebulan sapi sonok juga diberi susu segar dicampur 25 butir kuning telur.

Sapi sonok dirawat ekstra sejak berumur tiga bulan. Sapi- sapi itu dilatih berdiri tegak di tempat pengikatan khusus antara pukul 15.00 dan pukul18.00. Dengan demikian, sapi-sapi itu terbiasa berjalan dengan posisi tegak dan kelihatan anggun. Agar kulit sapi bersih dan mengilap, pemilik sapi sonok memandikan sapi-sapinya dua kali sehari. Kandang sapi pun dijaga selalu bersih.

fb.doc : Kab. Pamekasan