SEJARAH BUJUK BATU KOLONG SAMBIYAN KONANG BANGKALAN



BUJU' BATU KOLONG 

KH Sirajuddin dilahirkan di Sambiyan Konang Bankalan,dari pasangan Raden Haji Muhammad Yasin dan Nursiyah,yang kedua orang tuanya masih misanan, Nursiyah juga masih sepupu dengan Kiai Yasin Tolondung pendiri Pesantren Al Falah Al Khalili kepang Bankalan yang menikah dengan Nyai Asma’ binti Syaikhona Khalil, namun keberadaan Raden Haji Muhammad Yasin tidak lama di Sambiyan,karena Haji Yasin adalah pejabat senopati di keraton Arosbaya,mengenahi jabatannya ini adalah pemberitahuan langsung dari Haji Yasin kepada anak dan cucu-cucunya, ,Haji Yasin seorang yang berkepribadian keras,diceritakan dia sering melempar tongkatnya sebagai ekspresi kemarahan ketika ada orang yang lewat depan masjid tidak berhenti ketika sedang shalat ,dia juga pribadi yang tidak mudah menyerah,Belanda pernah menyeret beliau ke Kepanjen Malang karena ia tidak mau bayar pajak,dia tetap tidak mau bayar pajak karena menurutnya priyayi bebas dari pajak menurut undand-undang Belanda,sebelum menetap dan mengajar ngaji di desa Sumberagung di pernah menetap di daerah Pagak Bantur Malang,lalu dia pindah ke Sumberagung mengajarkan Islam pada masyarakat sekitar,yang mana saat itu desa Sumberagung dan sekitarnya masih kuat kepercayaaan lama terutama animisme,untuk selanjutnya dakwah ini banyak diteruskan oleh anaknya,terutama KH Sirajuddin yang menikah dengan Nyai Risamah binti Ishaq bin Sulaiman menurut silsilahnya beliau bersambung kepada Sultan Agung Mataram,karena sebelumnya KH Sirajuddin Muda sering bertengkar karena KH Sirajuddin menganggap Nyai Risamah orang biasa,akhirnya hala itu di damaikan oleh KH Afifi Bendo,ternyata keluarga beliau juga punya nasab sampai Sultan Agung,hal ini membuktikan bahwa awalnya KH Sirajuddin juga peduli dengan Nasab,karena beliau juga mempunyai dan menyimpan nasabnya dalam sabuknya[4],diceritakan awalnya orang yang shalat masih dua orang,Karena bagaimanapun juga Hajji Yasin juga pernah mondok kepada ulama besar Nusantara Kiai Khalil Bankalan,walaupun bukan termasuk santri mashur Kiai Khalil,beliau juga telah menghafal kitab :
- Kalimah
- Samarqandi

Ada hal penting dari beliau yang di sampaikan kepada anak dan cucu-cucunya,bahwa beliau dan orang-orang tuanya tidak menerima zakat dan shodaqah,menurut saya(penulis) hal ini memperkuat ke ahlulbaiytan beliau,dia bilang begitu hanya kepada anak-anaknya walaupaun dalam faktanya ia tidak pernah menampakkan nasabnya lebih lebih mengaku keahlulbaytannya,bahkan terkesan menyembunyikan kehabibannya,hal ini dikarenakan banyak hal yang dipertimbangkan,seperti halnya kiai-kiai marga Azmatkhan dan Keluarga Basyaiban,walaupun sebenarnya Marga Basyaiban adalah keluarga dari Imam Al Faqihil Muqaddam Muhammd bin Ali Ba’alawi,namun karena mayoritas Basyaiban di Indonesia secara fisik sudah jawani,jadi nasibnya mirib keluarga Azmatkhan ,banyak yang di ragukan kehabibannya oleh mayoritas habib yang masih arab dan marga-marga lain yang sudah mashur seperti Assegaf,al Aydrus,Shahab,al Jufri,al Atthas,dll. 

Walaupun nasab dan sisilsilah mereka sudah sangat jelas bersambung kepada :
-= Sayyid Abdurrahman Basyaiban
-= bin Sayyid Umar
-= bin Sayyid Muhammad 
-= bin Sayyid Abdul Wahhab 
-= bin Sayyid Abu Bakar Basyaiban
-= bin Sayyid Muhammad 
-= bin Sayyid Hasan At-Turabi
-= bin Sayyid Ali 
-= bin Al-Imam Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam

mayoritas dari mereka juga tidak menujukkan keahlulbayitannya,misalnya takut anak cucunya hanya membanggakan nasab bukan prestasi,walaupaun begitu ia tetap menjelaskan keahlulbaiytanya kepada keluarganya,karena urusan nasab bukan sekedar urusan keturunan namun berkaitan dengan beberapa hukum syariah seperti zakat dan shadaqah tadi,walau begitu sebenarnya tidak ada penyembunian nasab itu,terbukti kiai Sirajuddin sendiri juga mempunyai catatan nasab itu,mereka memang tidak ngaku-ngaku,tapi kalau di Tanya dengan jujur maka pasti mereka juga akan bilang sejujurnya.karena yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana semaksimal mungkin mencontoh perolaku dan akhlak baginda Rasulullah SAW.

Bujuk Batukolong di makamkan di komplek pemakaman Sunan Dalem Kolak Sukalila Bangkalan
Kiai Muzakki yang lebih mashur di kenal dengan Bujuk Thokolong adalah seorang bujuk yang melahirkan banyak keturunan,sebagai kiai maka keturunannyapun rata-rata adalah para kiai yang tersebar di madura,serta beberapa keturunanya yang hijrah ke pasuruan,malang,pontianak, banjarmasin dll.Bujuk Muzakki adalh seorang yang sepanjang hidupnya bertapa(khalwat),setiap berangkat dari tambak Agung Sukalila atau pulang dari petapaannya di kampong Batukolong desa Sen asen kecamatan Konang beliau naik ular lewat bawah tanah,mengenahi tempat khalwatnya ini masih ada tanda dan bekas lubang ular dan batu yang ada bekas kaki beliau di kampong batukolong Sen Asen kecamatan Konang.
Banyak sekali cerita kekaromahan Kiai Muzakki sebagi salah satu bukti beliau merupakan kekasih Allah,salah satunya yang kami ketahui dari orang-orang tua kami adalah ketika sedang membangun masjid atau mushalla tidak ada makanan untuk para pekerja,lalu kiai Muzakki mengambil batu hitam lalu di pecah menjadi makanan bagi para pekerja.

Salahsatu bukti kebenaran ungkapan di atas adalah ternyata Kiai Muzakki ini telah melahirkan kiai-kiai dan orang shalih ,walaupun saya tidak mengatakan bahwa yang di sebut orang sholeh tidak selalu harus orang yang di anggap kiai atau ustadz,karena keshalihan adalah orang yang taat dan konsisten (istiqamah) kepad syariat Allah.

berikut ini beberapa anak dari kiai muzaki,sementara belum kami tulis semua,karena anak beliau semuanya berjumlah 37.yang dari ke 37 ini rata-rata juga menurunkan kiai-kiai.yang saya urutkan dari anak yang laki-laki :
1. Kiai Tarsis (nama lainnya adalah Nurhasiban),terkadang juga di sebut kiai Tahrir,karena nama pondok beliau adalah at Tahrir,Banyuates Sampang,kiai Tahrir mempunyai anak tuju,diantaranya adalah:
-= Kiai Suaiban atau Bujuk Syuaiban Duk Oduk juga di kenal dengan Bujuk Sembung Jetrah Banyuates sampang,Kiai Suaiban mempunyai anak salah satunya adalah :
-= Raden Hajji Muhammad Yasin Sumberagung ayah dari KH Sirajuddin Pesantren Assirajiyah Sumberagung Sumbermanjing Wetan Malang.
2. Kiai Mathlab,Bujuk Pucangan Pasuruan, mempunyai anak empat orang ,juga menurunkan kiai-kiai pengasuh Pesantren
3. Kiai Muhammad Shahih,
mempunyai anak empat belas orang,salahsatu keturunannya adalah -= KH Zarkasyi Abdul Hamid,
Pesantren Al Hamidiyah Sen Asen Konang,dengan urutan sbb:
-= KH Zarkasyi bin Abdul Hamid bin Abdurrahman bin Muhamad Shahih.
4. Syaikh Abu Dzarrin,Bululawang Malang,salahsatu keturunannya adalah :
-= KH Nurhadi,pengasuh pesantren.
tentang makam Syaikh Abu Zdarrin ini,juga atas perintah Kiai Abdul Hamid bin Abdullah Basyaiban Pasuruan agar makam tersebut di rawat dengan baik.
5. Kiai Duko (Bujuk Duko) salah satu keturunanya adalah :
-= Kiai shiddiq Tlekung,kiai yang agak aneh menurut ukuran normal,
terkadang tidak memakai baju walaupun menemuhi tamu,selalu memutar tasbih,karena beliaunya juga masih keluarga dekat Kiai As’ad Syamsul arifin dari pihak ibunya,beliaunya pernah bilang kepada kami sepupu dengan kiai As’ad, beliau adalah salahsatu keluarga Kiai Muzakki yang banyak mengetahui tentang sejarah dan anak-anak Kiai Muzakki,untuk mengetahui lebih lanjut silakan sowan sendiri ke pesantren Tlekung gedangan Malang.
6. Kiai Ismail, Bangkong Sambiyan Konang,punya anak tiga
7. Kiai Shalih ,Bujuk Lembung Gunung Bangkalan,punya anak satu
8. Kiai Kamil Tanah Mira Bangkalan,punya anak satu perempuan.
9. Kiai Muharram Planggiran,

kami masih akan mencari data apakah kiai Muharram ini adalah anak Kiai Abdul Azdim menurut catatan Syaikhona Kalil,sedangkan Muharram di sini berarti cucu Kiai Abdul Azdim.dalam realita memang hal demikian bisa saja terjadi nama paman sama dengan ponaan,sebagaimana Abdullah bin Abdul Malik Azmatkhan dengan pamannya Abdullah bin Alwi Amil Faqih yang berdakwah ke Filipina
Sementara itu dulu nama dari anak kiai Muzakki,karena tujuan utama tulisan ini adalah dalam rangka menjelaskan Kiai Muzakki sebagai salah satu dari keluarga besar Azmatkhan Al Husaini,dengan penjelasan singkat sbb:
Dalam semua catatan keturunan Kiai Muzakki bahkan ada keluarga dan keturunan kiai Muzakki yang hafal dan menghafal keturunan-keturunan Kiai Muzakki,mencatat bahwa kiai Muzakki adalah Putra Kia Abdul Azdim Tambak Agung Sukalila Labeng Bangkalan,yang dalam banyak catatan keluarga Kiai Muzakki sering di sebut Syaikh Abdul Azdim az Zahid.yang Kiai Abdul Azdim dalam catatan keluarga kami itu adalah :
Kiai Abdul Azdim 
bin Nyai Tepi Aji Selasi/Sulasi 
binti Nyai Qumalah 
binti Sayyid Zainal Abidin(Sunan Cendana Kuanyar),

sedangkan Nyai Tepi Aji Sulasi adalah :
Istri Kia Sulasi 
bin Kiai Martalaksana 
bin Badrul Budur 
bin Abdurrahman 
bin Khatib 
bin Sayyid Ahmad Baidhawi(Pangeran Ketandur Sumenep) 
bin Sayyid Shalih(Panembahan Pakaos Ampel) 
bin Sayyid Ja’far Shadiq(Sunan Kudus),

sementara ini keluarga kiai Muzakki memang tidak mengetahui jalur dari kiai Abdul Azdim ke atas,shingga Kiai Zarkasyi Sen asen menyambungkan nasab Kiai Abdul Azdim kepada Pangeran Pengratabumi bin Sinuhun Kawu-Kawu Sumenep,menurut beliau data ini di peroleh dari keraton Sumenep,tapi argument dan akurasi data tersebut menurut kami tidak di sertai argument dan data yang otentik,karena ternyata keluarga Kiai Muqiman bin Hamim(berarti saudara dari Syaikhona Kalil ) mempunyai catatan tentang nasab kiai Abdul Azdim sampai ke Raden Santri,yang mana nasab Syaikhona Khalil telah disahkan oleh Rabithah Azmatkhan,bahwa hak beliau menggunakan marga Azmatkhan berdasarkan nasab yang dari Kiai Abdul Azdim sampai ke Sayyid Ja’far Shodiq,kalau selama ini Syaikhona lebih di kenal sebagai keturunan Basyaiban atau Sunan Gunung Jati,itu adalah dari jalur perempuan,sebagaimana sudah umum bila seseorag itu lebih menisbahkan kepada kakek yang lebih mashur,karena Syaikhona adalah cicit dari Kiai Asrar Karomah Basyaiban ,yaitu kakek Syaikhona Kalil yang bernama Kiai Hamim menikah dengan salahsatu Putri Kiai Asrar,yaitu Nyai Khadijah binti Asrar,yang nasabnya bersambung kepada Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban,sedangkan Abdurrahman Basyaiban menikah dengan Syarifah Khadijah binti Hasanuddin bin Syarrif Hidayatullah(dari keluarga Azmatkhan),sehingga selama ini Kiai khalil lebih di kenal sebagai keturunan Sunan Gunung jati,Karena mazhab ulama jawa dan madura juga menulis dan mengakui keturunan dari perempuan,karena seorang kakek juga akan memanggil cucuku kepada cucunya walau dari anak perempuan,walaupun Rabithah telah menetapkan untuk menambah kh(Ku’ulah/jalur perempuan) bagi Zdurriyah Azmatkhan jalur perempuan,itu semata agar tidak mengacaukan pernasaban Arab yang telah berlaku(juga menjadi setandar pernasaban di Rabithah Alawiyyah di Indonesia),karena kalau kiat mau jujur,sebenarnya kesalihan seseorang sangat besar di pengaruhi sosok ibunya,jadi sangat di sayangkan apabila seorang ibu tidak di anggap penting nasab dan jalurnya,karena sikap demikian seakan akan menyepelekan peran dan pengaruh seorang Ibu kepada keturunannya. budaya demikian sebenarnya bukan dari islam ,tetapi sisa-sisa budaya Arab jahiliayah.

dengan penjelasan bahwa Kiai Muharram adalah salahsatu anak dari Kiai Abdul Azdim Tambak Agung juga di perkuat oleh Kiai Fakih Konang Lomaer Bangkalan,tulisan ini sekaligus penjelasan kepada Rabithah Azmatkhan bahwa Kiai Muzakki yang didalam semua catatan keturunananya serta penghafal nasab dari keluarga :
KH Muzakki adalah putra Kiai Abdul Azhim Tambak Agung yang Putra Nyai Tepi Aji Tsulasi 
binti Nyai Qumalah 
binti Sayyid Zainal Abidin(Sunan Cendana) adalah Kiai Abdul Azdim yang sama dengan Abdul Azdimnya Kiai Muharram(kakek ke tiga Syaikhona) adalah dan keturunan jalur laki-laki berhak memakai marga/fam “Azmatkhan” sebagaimana Keluarga Syaikhona Khalil Bangkalan.