BHUJUK BUKE' DAN CERITA LAINNYA
WIKI MADURA - BHUJU' BUKE', Desa Durjan Kecamatan Kokop Kabupaten Bangkalan, tempat ini merupakan salah satu tempat tertua di Madura, terletak di ujung bukit dengan ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut (kurang lebih).
Bhuju' dalam bahasa Madura berarti orang tua dan dituakan dalam silsilah keluarga. Namun dalam konteks sosial, Bhuju' merupakan orang yang dituakan dan yang patut dituruti segala nasehat dan arahannya (Hal. 04 قصص البواجئ ).
Buke' padamulanya adalah sebuah panengghin (tempat tinggi) yang berada di tengah-tengah laut. Sebelum tempat tersebut diberi nama Buke', menurut Juru Kunci yang saya temui, Bapak Arsilan, beliau bercerita, konon pada abad ke 7, tempat ini adalah satu-satunya permukaan yang dapat ditempati. Berdasarkan cerita yang diwariskan secara turun temurun, pada saat itu, Sayyid Mas'udi, yang kini dikenal sebagai Bhuju' Buke', melakukan perjalanan dari Arab melalui jalur laut bersama empat sahabatnya, karena jarak tempuh yang panjang dan melelahkan, Sayyid Mas'udi bilang ke tiga sahabatnya "Ambu, Ke'*!", artinya, berhentilah, Saudara!. Akhirnya mereka berhenti, beristirahat. Oleh karena itu, tempat tersebut diberi nama Buke', sekarang menjadi nama sebuah dusun di desa Durjan.
Menurut sumber yang saya peroleh, tiga di antaranya, adalah Bhuju' Wàbuwà, terletak di Desa Sober, Kec. Tambelangan Kab. Sampang, Sayyid Husein (terletak di Mempawah, Kalbar), satu lagi yang Juru Kunci lupa namanya, ada di Luar Batang, Jakarta. Sedangkan Sayyid Mas'udi menetap di tempat tersebut.
Sayyid Mas'udi memiliki Istri bernama Syarifa Fitri (Bhuju' Poetre), dan dikarunia 5 orang anak, 1) Sayyid 'Abdullah, 2) Sayyid Abdurrahman, 3) Sayyid Saleh, 4) Syarifah Murnisa. Karena dimakamkan secada bergandengan, masyarakat menyebutnya Bhuju' Gandeng, sebab dialek, akhirnya berevolusi dengan sebutan Bhuju' Kandèng. Anak yang ke 5 dimakamkan terpisah, di sebelah utara makam Sayyid Mas'udi, beliau adalah Sayyid Samrin bersama istrinya, Syarifa Busri, disebutnya Bhuju' Dhukon.
Syarifa Murnisa dipersunting oleh Sayyid Ahmad al-Qadri, berasal dari pontianak, keturunan Sultan Syarif Abdurrahman bin Al-Habib Husein al-Qaddri, pendiri kerjaan Pontinak. Saya berspekulasi, Sayyid Husein, ayahanda Syarif Abdurrahman, kemungkinan sahabat Sayyid Mas'ud yang disebut empat sahabat dari Arab di atas. Artinya, Bhuju' Buke' semasa dengan Sayyid Husein, Ayah Syarif Abdurrahman al-Qadri.
Hari demi hari, seiring berjalannya waktu, air semakin surut. Berdasarkan proses surutnya air, di bawah Bhuke' muncullah nama-nama yang kini menjadi sebuah nama dusun. Antara lain, Bemasar, nama itu diambil dari kata "Lembe-Ngasar", artinya, semakin ke bawah dan Ngasar itu surut. Bungdàdà', awal katanya Lembung Diddi'. Mungkin karena dialek yang tak dapat dihindari, jadilah Bungdàddà'. Lembung berarti tempat genangan air, Diddi' berarti sedikit. Mungkin di tempat itu, pada masa beliau merupakan tempat genangan air yang sedikit. Durjan, awal katanya Durjegghàn, artinya tempat yang curam, dalam. Kini menjadi nama Desa, Durjan.
Kemungkinan ada banyak cerita lainnya yang tak tersampaikan kepada kami, sebab waktu yang tak mencukupi. Semoga, di lain waktu kita masih bisa menggali lebih banyak peristiwa perihal Bhuju'.
*Ke', itu bahasa Madura yang umumnya digunakan untuk memanggil/menyapa seorang karib.
Nb. Sumber, Juru Kunci Bhuju' Buke' : Bapak Arsilan. Proses perekaman dibantu oleh dua orang petualang, Iib Ajha dan Dika Wariz, dan seorang FG. Anjaz Oey.
Fb.doc : sang pemulung
Catatan Ziarah
6 Syawal 1440 H.