Abdul Halim Perdanakusuma "The Black Mascot" dari Madura

  
   Abdul Halim Perdanakusuma lahir di Sampang Madura pada tanggal 18 November 1922. Pada tahun 1928 Halim menempuh pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Sampang kemudian melanjutkannya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Surabaya dan setelah lulus pada tahun 1938 ia melanjutkan pendidikannya ke pendidikan Pangreh Padja Hindia Belanda atau Middlebare Opleidingschool Voor Inlandsche Ambtenaren  (MOSVIA) di kota Magelang. Saat Halim Perdanakusuma tengah duduk ditingkat dua sekolah MOSVIA, ia diperintahkan untuk mengikuti wajib militer oleh pemerintah Hindia Belanda. Hal ini menyebabkan dirinya tidak bisa menyelesaikan pendidikannya di MOSVIA.
   Halim kemudian mengikuti pendidikan calon perwira kapal torpedo dan setelah lulus, ia kemudian bertugas di Angkatan Laut Hindia Belanda. Kapal Torpedo tempat Halim bertugas diserang oleh angkatan udara Jepang di Cilacap sehingga kapal tersebut tenggelam. Halim menyelamatkan dirinya dengan terjun ke laut dan kemudian ia berhasil selamat setelah diselamatkan oleh kapal perang Inggris. Ia dibawa ke Australia dan kemudian dibawa ke India. Di India, Halim kemudian bertugas di Angkatan Laut Inggris. Halim memiliki kedekatan dengan Laksamana Mountbatten. Hal ini dikarenakan lukisan potret Laksamana Mountbatten yang dilukis oleh Halim Perdanakusuma yang kemudian lukisan tersebut terlihat oleh Panglima Armada Inggris tersebut. Laksamana Mountbatten kemudian menawarkan kepada Halim Perdanakusuma untuk melanjutkan pendidikan militer di Inggris. Halim menerima tawaran tersebut dan ia memohon untuk pindah bidang menjadi Angkatan Udara. Permintaan tersebut dikabulkan dan Halim kemudian diterbangkan ke Gibraltar dan kemudian ke London. Dari London kemudian ia diterbangkan ke Kanada untuk mendapatkan pelatihan Navigasi bersama Royal Canadian Air Force (RCAF)
   Setelah menyelesaikan pendidikannya di Kanada, Halim kemudian bertugas sebagai perwira navigasi Angkatan Udara Inggris atau Royal Air Force (RAF) dengan pangkat Wing Commander. Ia ditempatkan sebagai kru pesawat pembom sekutu dengan pesawat Lancaster dan Liberator. Sebagai kru dari pesawat pembom milik sekutu tersebut, Halim berkali-kali ikut dalam pemboman terhadap wilayah yang telah diduduki Jerman selama Perang Dunia II. Tercatat ia mengikuti operasi tersebut sebanyak 42 kali. Halim Perdanakusuma dijuluki sebagai The Black Mascot atau Si Jimat Hitam karena dari seluruh operasi udara yang ia ikuti, pesawat yang dia tumpangi bisa kembali dengan selamat. Halim Perdanakusuma dikembalikan ke Marine Luchtvaart Dienst atau Dinas Penerbangan Angkatan Laut Belanda setelah Perang Dunia II berakhir. Setelah kembali ke Indonesia Halim kemudian bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat Jawatan Udara yang kemudian berganti nama menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dengan pangkat Komodor Muda dan ia merupakan salah satu tokoh yang menjadi perintis dari AURI. Halim pernah ditahan oleh pasukan Republik Indonesia dan dimasukan ke penjara di Kediri karena dicurigai sebagai tentara NICA.
   Halim juga merupakan tokoh yang berperan dalam peristiwa pengeboman tiga kota yang telah diduduki oleh Belanda (Salatiga, Semarang, Ambarawa) dengan membantu dalam menyusun strategi dan memberi arahan kepada para pilot sukarelawan yang menjalankan misi tersebut. Misi terakhir yang dilakukan oleh Halim Perdanakusuma adalah menerbangkan pesawat Avro Anson (RI-003) yang dibeli dengan emas sebanyak 12 kg yang berasal dari rakyat Sumatera dari Muangthai Thailand dengan membawa persenjataan ke Indonesia bersama Opsir Iswayudi. Sebelum pulang ke Indonesia pesawat tersebut terbang terlebih dahulu ke Singapura. Namun pesawat RI-003 tersebut jatuh di daerah Perak Malaysia, antara Tanjung Hantu dan Teluk Senangin di Pantai Lumut. Diduga pesawat tersebut terjatuh karena cuaca buruk yang terjadi. Kecelakaan tersebut menewaskan Halim Perdankusuma. Namun Iswayudi yang ikut dalam pesawat tersebut tidak ditemukan jasadnya. Halim Perdanakusuma kemudian dimakamkan di Gunung Mesah, Malaysia dan kemudian dipindahkan ke Makam Pahlawan Kalibata di Jakarta.

Dikutip dari berbagai sumber.